Hingga pada suatu senja, mereka kedatangan tamu dari kota. Salah satunya adalah cucu Kek Atuk yang rumahnya hanya beberapa langkah saja dari rumah Kiri dan Kanan. Anak laki-laki itu berperawakan kurus dan cukup tinggi pada seusianya. Sore itu mereka bermain sangat seru, mulai dari main mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali milik Kiri dan Kanan sampai main perang-perangan bersenjatakan pistol dari bambu.
Anak dari kota itu sangat senang bermain dengan Kiri dan Kanan, sampai sebelum pulang, anak itu memberikan sebuah mobil-mobilan yang terbuat dari bahan kaleng. Konon, harga mainan ini sangat mahal. Dan tentu saja hanya bisa dibeli di kota.
Kiri yang merupakan kakak beberapa menit dari Kanan merasa ia yang harus memiliki mainan itu. Sedang Kanan yang merasa seorang kakak seharusnya mengalah, malah menangis sejadi-jadinya saat Kiri mengambil mobil kaleng dari tangan Kanan. Satu sama lain tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada satu pun yang mau meredakan egonya. Masing-masing merasa berhak atas mainan itu dibanding saudaranya yang lain. Mereka kini saling berebut, saling tarik-menarik mobil-mobilan kaleng tersebut. Yang terjadi bukannya salah satu dari mereka menang, malah mobil itu terjatuh dan penyok di bagian bannya. Sehingga sulit dijalankan karena bannya kini tidak bulat sempurna.
Kiri mulai menyalahkan Kanan atas kejadian penyoknya mobil kaleng itu. Kanan yang merasa itu bukan salahnya, malah balik menyalahkan Kiri. Satu sama lain tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada satu pun yang mau meredakan egonya. Masing-masing merasa berhak atas mainan itu dibanding saudaranya yang lain.
Sejak saat itu, Kiri dan Kanan tak pernah satu jalan.
***TAMAT***
Itulah kenapa saat ini kita tidak pernah bisa memilih kiri dan kanan pada saat bersamaan.
Kata kuci: Kiri dan Kanan (Yuliani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar