"Yang paling menakutkan dari tumbuh dewasa adalah menjadi penakut." - @yuuiiw
***
Suasana kampus masih lengang saat aku berjalan dari parkiran menuju lapangan tempat kegiatan perayaan ulang tahun organisasiku dilaksanakan. Kami panitia masih dalam keadaan bersiap, semua hadiah dirapikan, kemudian kembali mengecek peralatan untuk lomba-lomba hari ini sembari tak sabar menunggu peserta datang.
Kami yang terikat dalam Ikatan Mahasiswa Akuntansi gempita menyambut ulang tahun organisasi yang genap berusia sepuluh tahun. Pernah sesekali ada salah satu dari adik tingkat kami yang iseng bertanya,
"Kenapa disebut Ikatan bukan Himpunan?"
"Karena kita terikat tali kekeluargaan. Bukan sekedar sekumpulan orang yang berhimpun mencapai satu tujuan." Jawabku sembarang. Karena jujur saja aku juga tak tahu mengapa disebut ikatan bukan himpunan seperti organisasi lain :p
Semakin lama suasana semakin riuh. Banyak mahasiswa akuntansi lain yang ikut bergabung dalam kegiatan ini. Satu persatu lomba diadakan, semakin diramaikan dengan kehadiran orang-orang yang selalu senang bergurau. Gelak tawa mengisi suasana lapangan.
Aku duduk dipinggir lapang, masih dalam keadaan memperhatikan tingkah teman-teman yang mengundang tawa saat setiap tim yang terdiri dari tiga orang harus masuk ke dalam sarung yang sempit dan lomba lari dengan tim lain. Kaki-kaki yang berhimpitan dipaksakan berlari kemudian terjatuh saling tumpang tindih. Tenang, satu tim tidak boleh terdiri dari lawan jenis, jadi kalau jatuh pun aman. Hehehe..
Dihadapanku, panitia lain tengah menyiapkan peralatan untuk lomba selanjutnya. Sebuah ember abu-abu dengan air yang sudah agak keruh. Aku yang penasaran mendekatkan wajahku mengintip isi ember itu. Belut! Sekitar 20 ekor belut saling mengkelit, kulitnya yang berkilat-kilat terkena sinar matahari semakin memberi efek geli untukku. Aku masih memperhatikan belut-belut yang sesekali mengangkat kepalanya ke permukaan. Semakin aku memperhatikan, semakin aku merasa takut, atau jijik, atau geli, ah apapun. Pokonya tak terbesit rasa ingin menyentuh belut-belut itu. Apalagi harus memindahkannya kedalam botol.
"Teteh mau ikut lomba belut?" Salah satu adik tingkatku yang ikut berjongkok dipinggir ember menawarkan pendaftaran lomba.
"Ah, engga. Bau amis. Hehe." Kilahku tak yakin itu alasan yang jujur atau bukan.
"Fika mau ikut ga?" Aku malah bertanya balik.
"Engga ah, geli. Hehehe.. Padahal dulu, waktu kecil, aku sering ikut lomba belut loh, teh. Malah sering menang. Sekarang ga mau ah hahaha."
Hey! Dulu juga aku suka main lomba belut. Saking seringnya menang, aku bahkan bisa mengajarkan teman-temanku bagaimana cara menangkap belut yang baik agar belut tidak mudah terlepas dari genggaman. Tapi siang ini, aku malah ciut. Lihat kepala belut rasanya jadi ngeri, belum lagi licin, belum lagi bau amis.
Ya Tuhan, baru aku sadar seiring berjalannya waktu ternyata banyak yang berubah. Bukan hanya tinggi tubuh yang bertambah beberapa centi atau berat tubuh yang bertambah beberapa kilo, tapi juga semakin banyaknya perubahan dalam menyikapi dan menghadapi sebuah keadaan.
Aku yang mungkin sepuluh tahun lalu, tak pernah berpikir tentang bau amis atau kepala belut sekarang malah tak berpikir tentang betapa asiknya main belut basah-basah sambil tertawa seperti sepuluh tahun lalu.
Inikah aku yang dewasa? Bukan aku yang kekanakan sepuluh tahun lalu? Yang aku tahu, kebanyakan dari orang dewasa takut dalam mengambil keputusan. Terlalu banyak menimbang-nimbang resiko, kemudian memutuskan untuk tidak mengambil keputusan. Jalan ditempat.
Lantas, inikah aku yang dewasa?
***
Ya Rabb,
jadikanlah waktu yang pergi sebagai proses pendewasaan,
proses perubahan,
dari kemarahan menjadi kesabaran,
kekecewaan menjadi harapan,
masalah menjadi tantangan.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar