Disepertiga malam terakhir, aku terjaga. Tak lagi merasa hampa. Lukaku mengering seiring jalannya waktu. Namun perihnya masih terasa. Belum pulih benar rupanya. Otak ini masih memutar video yang sama. Masih memutar audio yang sama. Masih menyebut nama yang sama. Aku sedang dalam perjalanan. Menghindarimu. Sebutlah aku sedang dalam pelarian. Panggilah aku pengecut. Aku melangkah maju, melewati waktu. Namun jiwaku tertinggal di masa itu. Rasanya percuma nercuap-cuap disini. Toh, dia tidak akan pernah tau. Sadarlah ia telah berbahagia dengan hidupnya kini. Dan aku masih terjebak dalam sesak.
Ketika seseorang berkata, Tuhanlah yang mampu menolongmu. Aku yakin Tuhan mampu menyembuhkanku. Dan aku tak pernah menyalahkan Tuhan. Bahkan kerap kali berterimakasih. Aku paham betul maksud Tuhan. Namun rasa sakit ini tak terelakkan. Seperti tertimbun salju, dinginnya menjalar otot-otot tubuh. Rasa linu luar biasa. Menangis pun percuma. Air mata hanya mampu menghangatkan pipiku yang hampir beku.
Bukan tidak bersyukur atau merasa diri paling terluka. Aku tahu, masih ada ratusan bahkan ribuan hal menyakitkan yang akan aku alami. Yang bahkan berpuluh kali lipat lebih sakit. Aku sudah banyak mengerti. Mengerti jika aku mampu melewati rasa sakit ini, maka aku akan mampu melewati rasa sakit yang akan datang.
Allah, Tuhan semesta alam. Pulihkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar