Kamis, 08 Desember 2016

Love will find its way

Bagaimana rasanya menikahi seorang anomali?
Bagaimana rasanya menikahi seorang aneh?

Seorang dengan langkah panjang, suka sendirian, imajinasi berlebihan, kadang menjadi seseorang yang berbeda dalam satu waktu. Mudah tersinggung, tapi sulit menyembunyikan perasaan.
Seorang dengan pemikitan yang aneh, kadang tegas, kadang cengeng, kadang manja, kadang egois.
Seorang yang suka menatap hujan, bintang, lampu, embun, pelangi dan matamu lama-lama.
Seorang yang mencoba membaca jalan pikiranmu, walau tak jarang ia gagal.

Bagaimana rasanya menikahi seorang aku??


***


27 Maret 2016

Kutatap dalam-dalam bayang seorang wanita yang tengah terduduk di hadapanku. Hiasan diwajahnya tak mampu menutupi gurat cemas sekaligus heran. Benaknya penuh dengan tanya yang datang berbondong-bondong minta diperhatikan. Siang ini dari balkon kamar kulihat langit tersenyum seolah meyakinkan ini bukan mimpi, awan yang beriring memberi keteduhan pada degup jantung yang masih belum biasa. Ditengah riuh perasaan tak menentu, kukatupkan bibir menahan senyum yang mendesak ingin muncul. Ada bahagia, ada cemas, ada tak sabar, ada heran, ada kamu.


***


2011

Sore itu dering telepon genggam memberitahu adanya pesan masuk, dengan sedikit terburu-buru aku berjalan menuju kamar tidur demi melihat pesan dari siapa itu. Mengernyitkan dahi, dari seseorang yang belum aku kenal. Namun telah mengenalku terlebih dahulu. Salah satu senior di perguruan tinggi tempatku belajar…
Sore itu kita tak pernah tahu, kemana takdir membawaku, membawamu, membawa kita.


***


27 Maret 2016

Tak lama deru kendaraan roda empat itu berhenti di depan rumahku, aku menatap kedua temanku yang disambut dengan senyum dan tatap menggoda. Ciee.. kata mereka. Huh, sebal. Di lantai satu ada kamu dan keluargamu, disambut oleh aku dan keluargaku. Niat baik mempersatukan dua keluarga. Hari ini, laki-laki ini, memberanikan diri meminta izin pada ayahku untuk berusaha membahagiakanku. Proses khitbah berjalan dengan sederhana dan khidmat. Sesekali pandangku melayang kewajahmu, sepanjang hari itu tak pernah kudapati kamu tengah melihat kearahku. Ada malu yang membuatku semakin yakin padamu.


***


Januari 2015

Apa-apa yang ada pada dirimu tak ada yang tak kusukai, namun batin ini masih bimbang, bingung dengan perasaan sendiri. Disatu sisi tak ingin kehilanganmu, pun di sisi lain aku belum bisa sepenuhnya menerima. Malam itu kuulang membaca pesan darimu berkali-kali, meyakinkan diri jawaban apa yang paling mewakili hati. Terimakasih atas perhatian itu, terimakasih atas pernyataan itu. Namun semesta belum yakin pada hati kita masing-masing.


***


24 Juli 2016

“Saya terima nikahnya…” aku terjongkok dipintu kamar yang masih tertutup rapat, berusaha menenangkan irama jantung yang tak keruan berdegup. Di akhiri kata “Sah” dan doa yang menggema dikelilingi para malaikat. Riuh hati ini memanjatkan doa satu persatu untuk kamu, untuk aku, untuk kita. Semoga aku dan kamu saling bahu-membahu dalam kebaikan..
“Oh, Allah… Aku jatuh cinta. Pada laki-laki yang menikahiku. Dihari pernikahan kami.”


***


1 Agustus 2015

Kamu memintaku mengenalkan pada sesosok wanita yang baik, yang kamu kira mampu mendampingimu melewati warna-warni kehidupan, yang cerah, yang gelap, yang abu. Meski aku bukan yang paling baik, meski aku tak pernah yang paling cantik, namun saat itu jikalah kamu minta aku tuk menemanimu memulai perjalanan baru, aku mau. Sungguh.. Namun tak ada yang dapat kulakukan selain menyampaikannya lewat doa.
“Jika memang laki-laki ini untukku, dan jika memang ini waktu yang tepat bagi kami, persatukanlah kami dalam ikatan suci. Namun jika bukan, timbulkanlah keragu-raguan dalam hatinya..”
Seketika itu ragu menyelimuti atas langkah yang akan kamu ambil. Aku mengerti, ini terbaik dariNya.


***


16 Februari 2016

Entah apa yang mengawali percakapan kita malam itu, dengan penuh harap aku mengutarakan maksud hati, meski dengan sedikit canda. Dan meski aku tahu kamu tak peka haha. Hari itu dimulai perjalanan aku dan kamu mengenal satu sama lain, sekali lagi mencoba menerka-nerka kemana takdir Tuhan akan membawa..


***


24 Juli 2016

Pandang kita beradu, pandang penuh cinta yang mampu merontokkan dosa-dosa yang selama ini mata kita pernah lakukan. Masih sedikit ragu, betulkah laki-laki dihadapanku ini adalah suamiku? Senyum mengembang tanpa kusadari. Hari itu kamu kecup keningku, dan kucium punggung tanganmu, penuh doa. Malam itu bibir kita beradu dengan ragu dan malu, ingin lama-lama menikmati setiap debar malam pertama.

Aku mencintaimu…
Aku mencintaimu…
Pernyataan yang selagu dengan detak jantungku…
Aku mencintaimu…


Selamat ulang tahun ke-30 ayah...
Semoga setiap tetes peluh untuk menafkahi keluarga kecil kita, bernilai pahala disisiNya..
Semoga selalu Allah bimbing aku dan kamu di jalan yang baik..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar