Selasa, 16 Agustus 2016

Yang lebih hebat

Sayang, hari ini hujan mampir cukup lama. Seperti biasa, kau dan rindu seketika menyesakkan dada.

Belum habis kutepis bayangmu, ujung mataku menangkap sosok laki-laki tua di teras sebrang rumah kita. Mengenakan koko putih lengkap dengan peci dikepalanya. Terduduk menikmati angin yang lembut menyentuh jari-jarinya yang keriput. Kukira matanya kosong menatap jalan yang penuh dengan jejak kaki hujan.

Sayang, ada yang hilang dari sana beberapa bulan lalu. Jauh sebelum kami sibuk memasang bendera merah putih, sang kakek sibuk memasang bendera kuning.

Aku mengerti sekarang, ternyata sorot mata itu penuh. Penuh dengan rindu yang kukira lebih hebat dan lebih sesak dari milikku.

Kau tahu acap kali aku bertanya, kenapa hujan sesekali datang dengan tiba-tiba?
Rupanya mereka membawa berita untuk para pujangga bahwa langit itu ada. Bahwa Yang Menaungi itu ada. Meski tak tahu wujudNya, meski tak tahu batasNya, meski kita sering kali lupa.

Lalu kita mengerti, bahwa setiap rindu pasti sampai. Lewat doa.

Bandung, 16 Agustus 2016
Aku, kamu, rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar