Selasa, 18 November 2014
Another Random Post
Waktu kecil, kalau disuruh kewarung, suka ambil jalan muter. Supaya lebih banyak jalan-jalan. Dirumah yang dulu, jalannya sempit. Satu sama lain, rumahnya berhimpitan. Kalau lagi jalan pulang dari warung sendirian, suka iseng liat-liat rumah orang. Pernah gak lagi jalan sendirian, terus kamu lewat ke rumah orang, dan denger sekumpulan orang didalem lagi ketawa-ketawa. Seketika ngerasa ikut seneng? Aku menyebutnya, "Ada hangat menelusup dalam dada". Haha I must not be the only one, rite?
Waktu kecil, suka duduk sendirian di depan jendela besar, kalau ada orang yang lewat, suka penasaran apa ya yang ada dipikirannya? Hmm.. Wondering, how their life's going? Semua orang punya cerita yang beda-beda kan ya?
Yang aku suka dari menulis adalah... Aku selalu punya kehidupan kedua.
Aku bisa jadi orang lain. Walau bukan berarti kehidupan keduaku selalu berakhir bahagia.
Setidaknya di kehidupan keduaku, aku bisa pergi ke luar angkasa. Hahaha
Aku menulis apa yang aku mau. Apa yang ada dikepalaku. Tanpa perlu peduli apa kata mereka. Tanpa perlu berpura-pura kuat. Tanpa perlu berpura-pura aku baik-baik saja. Tanpa takut siapapun pergi. Karna pada hakikatnya takkan ada yang tinggal, kecuali Dia.
Disini, lukaku tak pernah pura-pura, begitupun dengan tawa.
Tak pernah ada selalu. Baik luka atau tawa.
It's ok to be hurted. Truth is, everybody's gonna hurt you. Even the kindest people sometime give us pain. But, we should know that everything happens for a reason. Nothing meaningless..
Kamis, 18 September 2014
The Elephant's Story
Lemme tell you about the elephant's story.
"One day, a man tied a baby elephant to a tree. The baby elephant try to escape but he can't because the tree is too big for him. The baby elephant keeps on failing so he start to believe that he will never escape the tree. By the time, the baby elephant grow into an adult elephant. Although the elephant now is even bigger and stronger than a tree, the idea that it is a limit that he will never get over has grown in his mind.
So, even when he is tied to a small twig, he doesn't try to escape."
This story make me keep questioning myself, "Do we have something like the elephant's small twig? What the limit that we've set?" The thing that we believe we can never do..... we might acctually be able to do it. Hopefully, we don't.
This story, I'm gonna tell this to my child... someday. *grin*
Rabu, 10 September 2014
Qodarullah
Qodarullah.
Siang ini tetiba baca status salah satu adik di Daarut Tauhiid yang baru ikut program tahfidz. Beliau terlihat berat tapi dihatinya tenang, beribu syukur yang tak mampu terukur menyesakkan dadanya. Tak jarang mendorong air mata jatuh dari pelupuk.
Cemburu.
Cemburu sekali pada mereka yang diberi kesempatan. Pada mereka yang rela mengorbankan banyak hal demi menjadi keluarga Allah dimuka bumi.
Sedih.
Sedih saat sadar bahwa selama ini ada yang mendominasi hati selain Allah. Ada yang mencuri perhatian lebih banyak daripada Allah.
Inilah sumber dari semua sesak selama ini. Kenapa tidak dipersatukan? Karna Allah cemburu jika ada yang lain yang lebih mendominasi hati daripada Allah.
Itulah kenapa bukan sekarang. Bukan dia. Bukan dengan cara ini.
Karna memang belum tepat jika sekarang, jika dia, jika dengan cara ini.
Allah tahu yang tersembunyi, tahu yang terlintas didalam hati. Kasih sayang Allah tanpa tapi tanpa nanti.
Alhamdulillah...
Selasa, 02 September 2014
Belaja Sepatu #1
Beliau sebelum memulai bisnisnya bekerja sebagai pekerja finishing di salah satu butik sepatu terkenal di Bandung. Sejak awal bekerja sang pemilik banyak mempercayakan pekerjaan di divisi produksi pada pak Rahmat. Selama bekerja, bapa Rahmat yang saat itu masih tinggal bersama mertuanya mulai merintis bengkel sepatu, bermodalkan pengetahuan yang dimiliki selama bekerja di butik sepatu, sedikit demi sedikit beliau menyisihkan uang untuk modal membuka bisnis sepatu sendiri.
Hingga saat ini, bapa dari dua anak ini bisa memenuhi kebutuhan keluarga, tempat tinggal, dan kendaraan sudah mampu dimiliki oleh pak Rahmat.
Pesan beliau pada saya adalah yang paling peting dari berbisnis adalah kemauan dari dalam diri untuk maju, menggapai mimpi, bukan hanya sekedar bermimpi. Serta bagaimana membangun kepercayaan dengan pelanggan. "Sekarang gak perlu dulu berhitung untung-rugi yang penting lakukan yang terbaik. Karna dalam bisnis sekecil apapun, kita pasti pernah merasakan kerugian, tapi yang penting bagaimana memperbaikinya.".
Pokonya banyak sekali ilmu yang didapatkan, inshaa Allah mulai besok mau datang kesana buat belajar lebih dalam lagi tentang pembuatan sepatu. Semoga bisa menyerap sebanyak mungkin ilmu dari bapa dan bengkel sepatunya.
Jadi inget kata-kata papah waktu saya kecil dalam perjalanan pulang dari jalan-jalan berdua sama papah naik sepeda motor beliau bilang, "Teteh harus ingat, kejujuran adalah mata uang yang berlaku dibelahan dunia manapun. Jangan pernah takut..".
Masya Allah.. Alhamdulillah.. Banyak sekali yang patut disyukuri. Banyak sekali yang saya dapatkan selama ini. Bukti cinta Allah..
Minggu, 31 Agustus 2014
Sabtu, 30 Agustus 2014
Gak usah dibaca. Beneran. Gak penting.
Blog Wordpress yang dibuat dua minggu lalu idealnya diisi setiap hari, tapi kenyataannya baru berisi dua buah artikel yang masing-masing artikelnya hanya berisi tiga buah paragraf ( . .)
Yang saya buat adalah blog bisnis atas nama brand saya padahal yang disuruh buat web pribadi, gunanya untuk selfbranding dengan sharing basic business knowledge yang kita punya dikaitkan bisnis yang kita jalani. Maksud hati malam ini melancarkan tugas dari pak Meriza, tapi tak disangka ternyata wordpress itu complicated :'( failed terus.
"Terus kenapa gak nulis tentang bisnisnya disini aja?"
Waduh gawat kalau para coach baca-baca blog ini, isinya galau gini haha oke, saya putuskan blog ini akan tetap disembunyikan keberadaannya dari temen-temen GIMB ( 'o')9
Saya ngefans banget sama coach yang namanya Pak Meriza Hendri. He is just great!! Kalau coaching sama beliau ngobrol berjam-jam pun gak ngantuk, gak pegel, malah bikin excited. Semangatnya nyampe banget, parah. Kata pak Mer, tujuan bisnis itu:
1. Profit. How to create money!
2. People. Kebermanfaatan dari produk kita. Business is about solving problem, dude!
3. Planet. If we don't protect our planet, then who??
4. Sustainable. Gimana bisnis kita bisa berkelanjutan.
5. Tumbuh dan berkembang. Kreatifitas kata kuncinya!
6. Menggapai ridho Allah. Ini yang paling mantep. Coach lain belom ada yang ngajarin. Dan ini yang bikin saya ngefans sama beliau. Visinya dunia akhirat.
Tapi kalau lagi coaching, orangnya keras.
"Buat menggapai semua tujuan itu dibutuhkan strategi. Strategi adalah bagaimana kamu bisa mengambil keputusan terbaik dari semua pilihan. Caranya? Analisis. Mikir!" #jleb
"Kamu jangan kira jadi entrepreneur itu gampang. Jangan petantang-petenteng, mentang-mentang udah punya profit kongkow-kongkow di cafe." #jleblagi
Dan masih banyak #jleb #jleb yang lainnya...
Udah, gitu aja. Intinya sih seru. Tugasnya juga....... seru..........(ketiduran depan laptop)
Rabu, 13 Agustus 2014
Still, long way to go
"Aku rindu masa kecilku. Saat aku jatuh yang terasa sakit hanyalah kaki bukan hati." - Anonim.
"Aku rindu masa kecilku. Saat masalah yang kuhadapi sekedar peer biologi bukan skripsi." - Salah satu teman.
Lucu ya, "hanya" dan "sekedar". Padahal waktu kita kecil perihal jatuh dan peer biologi bisa jadi adalah masalah yang besar dan sulit sekali. Sekarang, setelah semua terlewati kita malah merindukan masa-masa itu karena merasa masalah yang kita hadapi saat ini terlalu besar.
Aku pernah patah hati. Luar biasa menderita karenanya. Tapi sekarang, setelah semua itu terlewati, aku malah tertawa geli membaca betapa menyedihkannya tulisan-tulisanku saat itu.
Aku yakin seberat apapun masalahku hari ini, masih banyak masalah yang lebih besar didepan sana. Bukankah untuk naik kelas atau lulus kita harus mengikuti ujian? Yang sulit tentu bukanlah pertanyaan, tapi tepat atau tidaknya jawaban. Perlu banyak belajar. Begitu pun dengan kehidupan, kurasa.
"I wish I could go back to my past. Not to mend what I've done but to tell myself hard times will pass. And those had made me someone." - @ftkf
Mungkin aku dimasa depan juga ingin sesekali kembali pada aku dimasa sekarang hanya untuk mengatakan, bahwa masa sulit akan kulalui, dan itu yang membuatku menjadi seseorang.
Yea, I still have long way to go. Allah, please guide me..
***
"Suatu nanti di masa depan, hari ini akan kurindukan." - Y
Sabtu, 05 Juli 2014
Jumat, 23 Mei 2014
Untuk Sementara Waktu
Untuk Sementara Waktu
Kita masing-masing sendiri unuk sementara waktu.
Kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita pertahankan saat ini.
Untuk sementara waktu saja,
Kita biarkan hidup kita berjalan sendiri-sendiri.
Meski kita merasakan hal yang sama saat ini,
Biarkan saja itu mengalir seperti hujan yang jatuh.
Tidak perlu memaksakan waktu untuk bersama padahal waktu kita belum sampai.
Tuhan menyampaikan pesannya agar kita menjaga diri untuk sementara waktu.
Kan, semua hanya sementara?
Jika kamu kehilangan sabar, aku mungkin akan kehilanganmu.
Untuk sementara waktu,
Jagalah hati kita masing-masing tetap berada pada tempatnya.
Untuk sementara waktu,
Jagalah hati kita masing-masing tetap berada pada tempatnya,
Tetap berada pada perlindunganNya.
Sampai waktu dimana dia harus diberikan dan diterima oleh orang lain.
Sampai waktu dimana kita akan menerima hal yang sama pula dari orang lain.
Untuk sementara waktu, bersabarlah.
Karena kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita perjuangkan saat ini.
Bukankah untuk sementara waktu saja?
Tidak lama.
Tidak akan menghabiskan seluruh hidup kita, bukan?
Rabu, 14 Mei 2014
Menunggu
Selasa, 06 Mei 2014
Hidup. Sederhana.
Ah, sebagian dari kalian mungkin berpikir bicara seperti ini seakan aku sudah bisa menjadi seorang yang berani. Tapi jika kalian adalah seseorang yang mengenalku, sungguh aku masih jauh dari itu. Bolehlah panggil aku pengecut. Aku seringkali menghindari masalah. Berlari dari apa yang seharusnya aku lakukan, lalu berakhir diujung senja. Ketika laut dengan permukaan jingga tak lagi dalam jangkauan, aku tak punya pilihan selain kembali pulang.
Ketika aku memutuskan untuk menggapai mimpiku, aku kesampingkan apapun yang dapat menghambatnya. Waktu tak akan pernah bisa menunggu, pikirku. Roda kehidupanmu tak akan berhenti dengan sabar menungguimu merenung soal imajinasi negeri peri. Sampai seseorang dengan nada bicara ringan menepuk pundakku dan bertanya, "Apa sih hidup sederhana menurutmu?". Tak ayal bola mataku melirik kesana kemari, mencari jawab yang tepat. Senyap.
"Ketika aku membuka mata, tersadar Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup dan semua terasa cukup."
Doakan aku selalu.
Agar bisa mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah kadung aku ucapkan.
Kamis, 13 Maret 2014
Kini, aku tahu jawabnya
Ketika mencintainya membuatmu semakin merindukan Allah,
Ketika mencintainya membuatmu semakin merasa tak pantas dan tak puas sehingga terus mencoba memperbaiki diri.
Ketika mencintainya membuatmu tak lantas takut kehilangan, karna kau tahu, kau akan tetap menjadi dirimu dihatinya, dan ia akan tetap menjadi ia dihatimu.
Aku akan tetap menjadi aku dihatimu, begitupun kau dihatiku.
Kita tak perlu bertanya berkali-kali,
karna kau dan aku tahu bahwa apa yang tersimpan rapi, tak perlu diucap kembali.
Ketika bahasa tak lagi mampu mengungkap rasa,
kurangkum kisah kita dalam doa, untukmu bahagia dan selalu dalam lindunganNya.
Sabtu, 08 Februari 2014
Untukmu, gadisku.
Untukmu, gadisku.
Sungguh ujung senja tak seindah bayanganmu. Untuk apa memburu-buru waktu yang sudah sebegini cepat berlalu? Dengan tak sabar ingin segera menggapai mimpi-mimpimu.
Untukmu, gadisku.
Berhenti sejenak, duduk disampingku. Nikmati dan resapi setiap langkah, setiap pertemuan dan perpisahan yang kelak jadi cerita untuk anak-cucumu.
Forever Brother
Siang itu kelas ramai, istirahat kedua memang waktu yang selalu dinanti-nantikan oleh hampir seluruh siswa di sekolah ini karena waktunya yang lebih panjang dari istirahat pertama. Saat itu seperti biasa, aku berbincang dengan teman sekelas soal banyak hal. Sampai kau tiba-tiba muncul dihadapanku yang sedang berdiri di dekat pintu kelas, "Tolong kasih tau temen-temennya ya." seraya memberikan secarik kertas pamflet berisi info acara osis. Aku belum sempat menjawab apapun, kau sudah terburu-buru memberi pamflet yang sama ke kelas sebelah. Itu pertama kali kita bicara secara langsung. Kau pasti belum tau siapa aku. Aku berbalik, rasanya ingin teriak pada semua teman-teman dekatku, "Kyaaa! Aku disapa kang Okky!"
Aku terburu-buru mandi dan bersiap-siap pergi, padahal jelas-jelas alergiku masih belum mengizinkanku kena angin, apalagi kena air. Setelah berpakaian rapi, aku mengambil helm dan kunci motor. Aku tahu aku tak akan datang tepat waktu, tapi setidaknya, kali ini aku ingin datang secepat yang aku bisa, berbuat yang terbaik yang bisa aku lakukan.
"Ini foto siapa? Kaka?" tanyamu tanpa menoleh, masih asik membuka-buka galery telpon genggamku.
"Bukan."
"Terus siapa?"
Aku hanya nyengir kuda, berharap kau tahu apa yang kumaksud.
"Siapa?" tanyamu lagi,
"Pacar." jawabku ketus pada ketida-pekaanmu.
Kau hanya ber-oh panjang sambil manggut-manggut meneruskan menggeser satu persatu foto dalam galery telpon genggamku. Itu pertama kali aku tahu, kau cemburu.
"Okky sayang sama kamu."
"Maaf."
Setelah itu, yang aku lakukan hanya terus menyakitimu, tanpa sedikit pun kau berhenti apalagi mundur. Pada akhirnya, aku menerima pernyataanmu, walau bukan berarti aku berhenti menyakitimu. Hubungan kita tak banyak berubah saat itu, kau selalu yang mengalah dan merasa bersalah. Hampir tak pernah marah, dan aku semakin parah menyakitimu. Semakin tak tahu diri. Sampai akhirnya aku lelah sendiri, lelah menyakitimu yang tak pernah sedikitpun menyalahkanku.
Hubungan kita singkat sebagai sepasang kekasih, namun tak kemudian berhenti hanya sampai disitu. Kau masih memperhatikanku dari jauh. Aku tahu itu, hanya sering kali aku berpura-pura tidak tahu.
Saat siapapun menyakitiku, kau yang akan pertama kali menenangkanku, Kau yang pertama kali ingin aku ceritakan. Maka kau akan jadi yang pertama kali mencari tahu siapa yang menyakitiku lalu membelaku.
Sudah berulang kali aku meminta maaf atas semua yang telah aku lakukan padamu, dan selalu ini yang kau katakan, "Kamu ga salah, Okky yang minta maaf." kemudian kau akan mulai menyalahkan dirimu sendiri. Membuatku semakin menderita karenanya.
Aku sampai dirumahmu setelah menempuh perjalanan 1,5jam. Rumahmu ramai. Banyak motor dam mobil parkir berjajar. Ya, kau memang orang baik. Aku bertemu dengan beberapa teman saat kita SMA dulu, kemudian aku bertemu kakakmu, Rere.
"Ini siapa?"
"ini Ui, teh"
"Ya ampun ,Ui. Pangling liatnya, dulu kan belum pakai jilbab waktu kesini."
"Iya." kemudian aku hanya bisa memeluk Rere, entah apa yang harus aku katakan.
Seorang wanita yang duduk di belakang sambil menggendong balita perempuan tiba-tiba berkata,
"Ini Ui? Ui, dulu kan Okky naksir tuh sama Ui. Okky suka cerita, soalnya kakak-kakaknya kan pada kepo, hehehe."
"Bukan cuma naksir, emang pernah jadian bukan?" timpal Rere, yang hanya bisa aku balas dengan anggukan dan senyuman.
Aku sebenarnya sudah lama tidak ingin mengingat masa-masa 'ketidak-tahuanku'-ku dulu.
"Ayo, duduk."
"Iya teh.."
"Okky udah lama ga kerumah?" tanya mama tiba-tiba.
"Iya tapi rencananya minggu ini mau kerumah. Mau buka puasa bareng. Biasa aja berempat sama kang Brata, sama kang Radit."
"Iya, boleh. Papa tuh paling seneng kalau Okky kerumah."
"Kenapa?"
"Baik. Orangnya rame lagi. Dibanding sama temen-temen kamu yang lain. Paling asik ngobrol sama Okky, makanya papa percaya kalau kamu perginya sama Okky."
Aku hanya menggangguk-angguk. Itu pertama kalinya aku tahu, bahwa semua orang disekelilingku menyayangimu.
"Pesen apa?"
"Lele, hehe"
"Oke, sama."
"Kang, ada yang deketin Ui."
"Orangnya baik?"
"Kayanya sih."
"Kalau dia sayang sama kamu, terus orangnya baik, Okky sih ga masalah. Tapi orangnya harus baik loh ya."
"Iya, kita liat aja nanti."
Malam itu buka bersama ketiga kakakku. Sebenarnya mereka kakak tingkat saat SMA dulu. Kang Okky, Kang Brata dan Kang Radit. Mereka semua baik. Sosok kakak laki-laki yang memang tak pernah aku miliki sebelumnya. Kami melewati acara makan dengan canda dan tawa seperti biasa. Malam itu pertama kalinya, kita berempat makan sambil foto-foto. Padahal sekian sering pergi keluar bareng, jarang foto-foto dulu. Tapi ya sudahlah, tak ada salahnya.
"Kemarin Okky bilang, 'pengen cepet sembuh, Okky mau deh diapain aja. Di operasi juga gak apa-apa. Asal Okky cepet sembuh. Okky kasian sama papah yang udah tua.' Ya itulah Okky, walaupun sakit gak pernah ngeluh sakit. Hari itu dia manja banget sama Rere. Pengen Rere ada di deket dia terus. Pengen Rere ngelus-ngelus dadanya, supaya tenang, katanya."
"Kang Okky sakit tumor apa, teh?"
"Tumornya itu jenis tumor ganas. Genetik, udah ada dari Okky masih kecil. Tapi perkembangan selnya baru dimulai pas dia dewasa. Awalnya di paru-paru tapi terus menjalar ke organ tubuh yang lain. Udah lengket, jadi susah buat di operasi. Dada bagian kanannya menonjol, bagian punggung kanannya juga, saking tumornya udah besar. Hari itu dia pegang tangan Rere, seperti ngerasa sesuatu, tapi gak bilang ada apa."
"Maaf teh, boleh Ui ke makam kang Okky?"
"Iya, boleh."
Sore itu langit cerah, walau tanah masih basah sisa hujan kemarin malam.
Tanah merah yang gersang berubah warna jadi coklat pekat dan lengket.
"Kang, Ui ga mau nangis di depan teh Rere, apalagi didepan makam akang.
Ui cuma mau akang tau, Ui sayang sama akang, walau Ui juga tau, sayangnya Ui ke akang selalu kalah besar. Terlepas dari akang anggap Ui adik atau bukan."
Menulis kisah kita tak akan pernah sederhana.
Terlalu banyak warna, terlalu banyak kisah nostalgia.
Tentang kita..
Mereka bilang pertemuan dan perpisahan adalah paket kehidupan.
Kita sudah terlalu banyak melalui pertemuan dan perpisahan.
Kita pernah bersama-sama menangisi perpisahan.
Bertemu lagi, kemudian berpisah lagi.
Namun percayalah, perpisahan kita tak pernah semenyesakkan ini.
Aku tak pernah benar-benar tahu bahwa kehilanganmu selamanya menyisakan luka seperih ini.
Rasanya ingin sekali lagi bertemu denganmu, dan bertanya,
"Kalau Ui kangen, Ui harus gimana?"
Kita tak pernah benar-benar kehilangan sesuatu, kecuali waktu.
Aku tak ingin lagi membebanimu dengan ketidakrelaanku.
Biar tulisan ini menjadi bukti bahwa kau tak pernah benar-benar mati.
Setidaknya dalam hati ini.
Sabtu, 11 Januari 2014
Never Failed
"Assalamu'alaikum. Nuuuy~"
"Wa'alaikumussalam Uiii. Kamu masih hidup jam segini?"
"Disini masih rame. Kamu ngapain jam segini masih melek?"
"Lagi bersihin otak nih. Kepenuhan dan acak-acakan."
"Biasanya dibersihin pake apa?"
"Pake piring. Dituangin semuanya, nanti dipilih mana yang mau dibawa, mana yang mau disimpan, mana yang mau dibuang.. Kebanyakan sih antara disimpan atau dibawa, kalo dibuang tuh rasanya sayang gimanaaa gitu. hha."
"Kalau disimpan, gak takut ilang?"
"Iya, kalau disimpan emang biasanya, pasti, akan sempat dilupakan, 'lupa kalo kita pernah nyimpen itu di situ', tapi kalau dibawa-bawa terus, nanti otaknya keberatan, kasian."
"Hahaha kangeeeen"
Never failed. Yep! Sahabatku yang satu ini emang ga pernah gagal bikin bengong tiap kali ngobrol. Butuh usaha keras mengerti semua analoginya. Mengerti dia dan dunianya. Kadang aku hanya bisa mengawasinya dari jauh, atau mengintip diambang pintu dunianya, dan aku puas hanya dengan itu. Memastikan semuanya baik-baik saja, kemudian mendengarkan cerita tentang dunianya, seolah aku berada disana. Walau aku tak pernah benar-benar bisa masuk ke dalamnya.
Dia bererita tentang 'kematian'-nya belakangan ini, tentang dia yang kehilangan 'tenaga' dan 'udara'-nya untuk 'bernafas'. Sebenarnya apa yang dia ceritakan adalah kondisi sama yang sedang aku rasakan sekarang. Bedanya, aku tidak pernah benar-benar paham apa yang sebenarnya aku hadapi. Apalagi untuk paham bagaimana cara menyelesaikannya.
Never failed. Sekali lagi, sahabatku yang satu ini emang ga pernah gagal bikin bengong tiap kali selesai ngobrol.
Dia. Salah satu orang yang aku ingin dia ada di masa tuaku. Nurani Nashuha Arief.