Aku pernah bertanya sesekali pada hati, apa maumu? Tapi sesekali itu tak lantas membuat hati bergeming. Yang kemudian hanya menyisakan sunyi dan ketidakpahaman tentang apa yang mereka maksud ikuti kata hati. Andai bisa berbincang saat matahari mengalah lalu sembunyi karna terlalu malas berdebat dengan awan siapa yang mendominasi langit siang ini, dan secangkir cafein yang kami pesan lewat pramusaji, hanya kami berdua. Aku dan hati.
Apa maumu? Pertanyaan yang selagu dengan detak jantungku.
Sebab akan menjadi akibat. Kehidupanku akan menjadi sebab bagi kehidupan seseorang, yang kemudian menjadi sebab bagi kehidupan lainnya, saling bertautan seperti benang dengan berbagai warna menghubungkan kelingking satu dengan lainnya. Hingga pada taut kesekian, sebab itu menjadi akibat bagi keberlangsunganku.
Apa maumu? Entah detik keberapa dalam hidupku pertanyaan kelak menjadi pernyataan.
Setiap aku adalah satu tetes hujan dari sekian juta jejak kaki hujan yang menjadi riak pada permukaan kolam. Tanpa ada yang perduli aku tetes keberapa, jatuh pada detik keberapa, pada permukaan kolam yang sebelah mana.
Apa maumu?
Hening.
Saat peluh tak juga mengering, kuputuskan untuk bersandar pada Yang Tak Akan Meninggalkanku. Kutunggu jawab atas semua tanya sesuai kehendakNya.
Pelan-pelan, namun yakin. Sunyi ini tak akan berakhir sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar