Untuk kamu, seorang gadis dibalik cermin.
Apa kabar mata indahmu? Mata yang bisa menceritakan seluruh perasaanmu, tanpa satu patah kata terucap. Mata itu, aku sanggup menghabiskan malam hanya untuk memandang matamu itu.
Ingat tadi malam, aku berjongkok memeluk tubuhmu. Semalam, hanya ada kita berdua sayang.
Aku memejamkan mata, mencoba mendengarkanmu. Mendengarkan hatimu, keluh kesahmu.
Saat kau mulai menceritakan seseorang yang tengah mengusik jiwamu, tergurat jelas ragu.
Sayang, kita sudah terlanjur berjanji pada masing-masing untuk tidak menggubris perasaan-perasaan itu. Lirih kau berbisik "Aku takut", aku mengencangkan pelukku, jangan khawatir kita akan baik-baik saja. Selama kau masih percaya padaNya, Yang menciptakan kau dan aku.
Sudah lama aku tak melihatmu menangis sehisteris malam itu. Terakhir kali, saat ia menyakitimu, kau meraung-raung seperti kehilangan akal. Aku tak mengerti mengapa kau menangis, kemudian kau tatap aku dengan tatapan menyalahkan. Aku menyakitimu?, tanyaku. Kau masih sesegukan tak acuh pada pertanyaanku.
Aku sadar, aku menyakitimu. Maafkan aku yang belum bisa menjaga kau yang dititipkan olehNya. Mulai sekarang, ijinkan aku menepati janji-janjiku padamu. Janji-janji yang kau yakini bisa membawa kita pada kebahagiaan.
Pagi ini, bantal kita masih basah, sisa tangis tadi malam. Aku menoleh pada kaca almari disamping tempat tidurku, kau tersenyum.
"Mari berusaha lagi mulai hari ini", katamu.
Dari aku,
refleksimu.
"Janji yang paling penting adalah janji pada dirimu sendiri" - @yuuiiw
Apa kabar mata indahmu? Mata yang bisa menceritakan seluruh perasaanmu, tanpa satu patah kata terucap. Mata itu, aku sanggup menghabiskan malam hanya untuk memandang matamu itu.
Ingat tadi malam, aku berjongkok memeluk tubuhmu. Semalam, hanya ada kita berdua sayang.
Aku memejamkan mata, mencoba mendengarkanmu. Mendengarkan hatimu, keluh kesahmu.
Saat kau mulai menceritakan seseorang yang tengah mengusik jiwamu, tergurat jelas ragu.
Sayang, kita sudah terlanjur berjanji pada masing-masing untuk tidak menggubris perasaan-perasaan itu. Lirih kau berbisik "Aku takut", aku mengencangkan pelukku, jangan khawatir kita akan baik-baik saja. Selama kau masih percaya padaNya, Yang menciptakan kau dan aku.
Sudah lama aku tak melihatmu menangis sehisteris malam itu. Terakhir kali, saat ia menyakitimu, kau meraung-raung seperti kehilangan akal. Aku tak mengerti mengapa kau menangis, kemudian kau tatap aku dengan tatapan menyalahkan. Aku menyakitimu?, tanyaku. Kau masih sesegukan tak acuh pada pertanyaanku.
Aku sadar, aku menyakitimu. Maafkan aku yang belum bisa menjaga kau yang dititipkan olehNya. Mulai sekarang, ijinkan aku menepati janji-janjiku padamu. Janji-janji yang kau yakini bisa membawa kita pada kebahagiaan.
Pagi ini, bantal kita masih basah, sisa tangis tadi malam. Aku menoleh pada kaca almari disamping tempat tidurku, kau tersenyum.
"Mari berusaha lagi mulai hari ini", katamu.
Dari aku,
refleksimu.
"Janji yang paling penting adalah janji pada dirimu sendiri" - @yuuiiw
Hai,,aku datang lagi...
BalasHapusOiya, sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku.
Namaku anonim, kita mungkin sudah kenal dekat, kenal sepintas, atau mungkin juga tak kenal sama sekali.
Aku hanya orang yang entah sengaja atau tidak, membaca tulisanmu, dan aku suka, walau jujur aku bukan seorang yang hobi membaca atau pintar manulis kata-kata sepertimu, bahkan tak semua kata yang kau tulis dapat ku artikan dengan baik, seperti pesan balasan mu, kau menulis untuk mengabarimu dihari bahagiaku. Hmm, aku berfikir apakah itu bermakna hari pernikahan, hari ulang tahun, atau hari bahagia dalam makna sebenarnya, yang berarti kapan saja saat kurasa bahagia. Yaa,, sudah ku bilang, aku memang tak terlalu pintar mengartikan kata-kata, dan akhirnya ku memilih pilihan yang terakhir, karena itu saat ini ku mengabarimu, saat ku tau kau membalas tulisanku.
Blog mu, blog ini sperti kotak musik, ya... kotak musik clasik, dengan patung bayi malaikat diatasnya, yang apabila ku buka maka si bayi malaikat itu akan keluar, menari. Walau ku tau itu sebenarnya hanya sebuah putaran konstan yang sederhana, haha,, Kadang itu nampak lucu, ato bahkan konyol.. Secara reflek bsa mngangkat kdua sisi bibirku..
Dan, bila kubuka lagi diwaktu yang lain, akan terdengar putaran melodi yang berbeda, lembut, membuaiku dalam lamunan, terbang bersama sosok penari itu, terbawa oleh irama dan akhirnya ikut berdansa dengan tarian riang sang malaikat
Yah, seperti itulah, kotak musik mu. Hmm,, mungkin suatu saat ku juga akan merangkainya sendiri.
***Ku tunggu petikan nadamu selanjutnya
Hi, anonim.
HapusMaaf baru membalas pesanmu lagi.
Terimakasih telah bersedia membaca tulisan-tulisanku.
Sanjunganmu agaknya terlalu berlebihan, walaupun tak dipungkiri, aku tersanjung.
Tentang komentarku yang sebelumnya, aku ralat, aku harap kau mengabariku bukan hanya di hari bahagiamu, kapanpun kau merasa butuh seseorang untuk mendengarkanmu :)
Sekali lagi terimakasih, siapapun kamu.