Pertama kali masuk pesantren Daarut Tauhiid, saya terkesan dengan seorang anak yang ceria tapi cerita hidupnya luar biasa, namanya Deti.
Sekarang masuk lingkungan Ma'had Al-Imarat terkesan lagi, sama anak yang gak kalah ceria, centil, bawel, manja, tapi cerdas luar biasa. Namanya Ghinanti.
***
Perawakannya kurus tinggi, umurnya belum sampai di 20. Sekali dua kali berbincang, kesan yang akan kamu dapatkan adalah supel dan ceria. Kesan berikutnya adalah kalau ada masalah, langsung nyeplos. Hahaa..
Contoh kejadiannya, suatu siang sesampainya saya di ma'had, waktu buka pintu yang pertama kedenger adalah suara Inan teriak dikelilingi para umahat, "Aku pengen nikaaaahh." Eh? Ooh.. Ternyata lagi curhat. Saya yang pada dasarnya kurang suka ikut campur masalah orang lain, memilih senyam-senyum dan gak komentar.
Lalu apa yang membuat saya terkesan? Jreng! Dia orang pertama yg bikin saya nangis dikelas!
Ada satu matakuliah yang menjadi kesempatan untuk kami berdiskusi. Saat itu tema yang dipresentasikan oleh Inan adalah tentang "Imam dan Umat". Setiap kali akan menjawab pertanyaan, orang lain biasanya mulai dengan kalimat, "Sepanjang yang saya tahu..." tapi Inan memulai dengan, "Sependek yang saya tahu..." dan mengakhirinya dengan, "Itu yang bisa saya jawab dengan pengetahuan saya yg serba terbatas."
Diakhir presentasi, Inan dan Vera yang berada dalam satu kelompok, menampilkan video tentang keadaan umat saat ini.
"Saya tidak tahu apa yang akan saya sampaikan ini ada korelasinya atau tidak dengan tema presentasi. Tapi yang harus kita sadari sekarang adalah, masih banyak yang belum sadar dengan keadaan umat saat ini.
Saya sudah 3 tahun hidup menjadi sukarelawan bersama anak jalanan. Hal ini membuat saya banyak bersyukur. Bukan bersyukur melihat keadaan mereka, tapi bersyukur Allah masih memberi saya begitu banyak. Bukan harta, tapi kesempatan. Kesempatan untuk saya menyadari keadaan umat. Kesempatan untuk bergerak. Kesempatan untuk berbuat baik. Kesempatan untuk taat.
Tidak ada gunanya mengutuk kegelapan. Kini saatnya kita sendiri yang menyalakan lilin-lilin kecil sebagai sumber penerangan."
Tuturnya, menutup presentasi hari itu.
***
Ternyata kalau diajak ngobrol serius, banyak banget dapet pelajaran dari Inan. Masih muda, tapi pikirannya luas dan terbuka.
Tidak ada yang bisa saya lakukan selain memeluknya seusai presentasi sambil berbisik, "Barakallah.. Barakallah.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar