"Perjalanan keluar angkasa"
Begitu tulisan pada selebaran yang kau tunjukan padaku. Sudah 2 tahun belakangan kau menceritakan keinginanmu untuk pergi ke sebuah ruang di angkasa. Kau tahu aku selalu suka mendengarkan cerita dan impian-impianmu. Walau kadang keinginanmu itu membuat dahiku mengernyit, tak masuk akal. Kau pandai berbicara. Kau mampu menarik seseorang dalam ceritamu, seakan yang kau katakan itu nyata. Sering aku bergidig merinding setiap kali melihat sorot mata dan semangatmu yang menggebu. Kau terlihat kuat dan rapuh sekaligus. Kerut-kerut didahimu cukup menunjukan kau seorang pemikir yang keras. Memikirkan bagaimana cara menggapai impianmu. Aku tak pernah banyak komentar tentang impian-impianmu selama ini, sampai akhirnya kau mengatakan, ada sebuah ruang di angkasa. Kau bercerita tentang singa yang harus dikalahkan herkules demi memenuhi tugas yang diberikan oleh dewi hera. Singa itu kini ditempatkan dewi hera pada salah satu sudut langit. Kau ingin mengajakku melihat kesana. Dan kau ingin kita menikah ditempat itu. Jelas aku menolak. Aku tak mau pergi kesana. Apalagi melangsungkan pernikahan disana. Bagaimana caraku mengundang keluarga, teman-teman dan mantan pacarku untuk datang ke pesta pernikahanku nanti? Aku mau semua orang menjadi saksi janji setiaku padamu, begitu pula sebaliknya.
Aku masih menatap selebaran yang baru saja kau berikan, membaca keterangan-keterangan harga, apa saja yang harus dibawa dan dipersiapkan, sampai kau merogoh saku celanamu, mengeluarkan sebuat kotak berbentuk hati dari bahan bludru. Menyodorkannya dengan keadaan terbuka, kau berlutut, memintaku untuk menikah denganmmu di sebuah ruang di angkasa. Belum habis rasa haruku, sampai kau menyebutkan sebuah ruang di angkasa. Sebesar itukah keinginanmu untuk menikah di sana?
Kau tahu persis, aku mencintaimu. Aku mencintai impian-impianmu. Atas dasar ingin mewujudkan impianmu, aku menerima lamaran itu. Bukan kepalang kau terlihat bahagia. Aku menangis, saat kau memelukku membisikan kata cintamu. Rasanya berkecamuk. Bahagia melihatmu bahagia, tapi entah apa yang harus aku katakan pada ayah bahwa kelak aku akan menikah di sebuah ruang di luar angkasa.
Kau mempersiapkan semuanya dengan matang. Gaun pernikahanku terlihat indah. Tentu aku tetap ingin terlihat cantik pada pernikahan yang pertama dan terakhirku walaupun mungkin para undangan tidak banyak yang akan datang.
Tiba saatnya kau, aku dan beberapa undangan juga keluarga, untuk melakukan perjalanan keluar angkasa untuk melangsungkan pernikahanku disana. Pernikahan berlangsung hidmat. Ibu menangis, namun tak lama, karena sepertinya ia geli sendiri melihat air disudut matanya melayang-layang. Pesta berlangsung meriah, keponakan-keponakanku sangat suka melompat-lompat di antara cekungan-cekungan bulan. Kau memelukku. Aku ingat, kau berjanji menemaniku hingga salah satu dari kita mati. Aku hanya mengangguk pelan. Terlanjur tenggelam dalam kenyamanan pelukmu, aku tak mau banyak bicara.
Para undangan dan keluarga harus segera pulang. Sedangkan kita memutuskan untuk menetap disana. Kau bersikeras memintaku menetap, kau suka sekali membuatku bingung. Kata cintamu senjata ampuh untuk membujukku. Aku menyerah, menuruti semua keinginanmu.
Kita bulan madu di planet nibiru antara mars dan jupiter. Dulu, sewaktu aku masih remaja, planet nibiru dipercaya suku maya akan menyebabkan kiamat pada tahun 2012. Namun kenyataannya kini, kau dan aku menghabiskan sepanjang hari di planet ini. Nibiru berukuran 20 kali ukuran jupiter dan kita sudah menjelajahi hampir satu pertiga planet ini.
Saat sedang berjalan-jalan kecil, aku mengajakmu beristirahat sebentar. Kau setuju, walaupun kau tidak tampak lelah sedikitpun. Kita bercerita tentang impian-impianmu selanjutnya. Kau selalu berkata, kita harus hidup dengan mimpi. Karena mimpi membuat hidupmu lebih bergairah.
Kita masih berbincang saat planet nibiru tiba-tiba berguncang hebat. Spontan aku menjerit ketakutan, terlalu panik. Kau menggenggam tanganku, mengedarkan pandangan mencari tahu apa yang terjadi. Aku memelukmu, membenamkan kepalaku didadamu. Sekilas ujung mataku menangkap pemandangan retak-retak pada planet nibiru melebar. Aku mulai menangis. Kau berkata "Kalender suku maya terlambat 6 tahun, ini yang mereka ramalkan. Yang tidak terjadi di tahun 2012. Namun terjadi di tahun 2018. Aku mencintaimu." kau mengecup keningku. Kemudian kau menyuruhku melompati bintang-bintang disekitar planet nibiru. Gumpalan seperti awan besar dibelakangmu menarik tubuhmu masuk kedalamnya. Aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi sampai kau melepaskan genggamanmu, mendorongku untuk melompat ke sebuat bintang yang menghubungkan nibiru dan jupiter. Aku tersungkur. Menyaksikan nibiru yang menyimpang masuk ke orbit tiamat. Terjadi tabrakan antara dua planet besar itu. Menyebabkan ledakan yang suaranya memekakkan telinga. Kau, nibiru dan gumpalan awan itu hilang.
Kini, aku hidup di antara bintang dengan kendi-kendi air mata. Pulanglah, aku masih menunggumu. Kehidupan bumi menamaiku, Aquarius.
Begitu tulisan pada selebaran yang kau tunjukan padaku. Sudah 2 tahun belakangan kau menceritakan keinginanmu untuk pergi ke sebuah ruang di angkasa. Kau tahu aku selalu suka mendengarkan cerita dan impian-impianmu. Walau kadang keinginanmu itu membuat dahiku mengernyit, tak masuk akal. Kau pandai berbicara. Kau mampu menarik seseorang dalam ceritamu, seakan yang kau katakan itu nyata. Sering aku bergidig merinding setiap kali melihat sorot mata dan semangatmu yang menggebu. Kau terlihat kuat dan rapuh sekaligus. Kerut-kerut didahimu cukup menunjukan kau seorang pemikir yang keras. Memikirkan bagaimana cara menggapai impianmu. Aku tak pernah banyak komentar tentang impian-impianmu selama ini, sampai akhirnya kau mengatakan, ada sebuah ruang di angkasa. Kau bercerita tentang singa yang harus dikalahkan herkules demi memenuhi tugas yang diberikan oleh dewi hera. Singa itu kini ditempatkan dewi hera pada salah satu sudut langit. Kau ingin mengajakku melihat kesana. Dan kau ingin kita menikah ditempat itu. Jelas aku menolak. Aku tak mau pergi kesana. Apalagi melangsungkan pernikahan disana. Bagaimana caraku mengundang keluarga, teman-teman dan mantan pacarku untuk datang ke pesta pernikahanku nanti? Aku mau semua orang menjadi saksi janji setiaku padamu, begitu pula sebaliknya.
Aku masih menatap selebaran yang baru saja kau berikan, membaca keterangan-keterangan harga, apa saja yang harus dibawa dan dipersiapkan, sampai kau merogoh saku celanamu, mengeluarkan sebuat kotak berbentuk hati dari bahan bludru. Menyodorkannya dengan keadaan terbuka, kau berlutut, memintaku untuk menikah denganmmu di sebuah ruang di angkasa. Belum habis rasa haruku, sampai kau menyebutkan sebuah ruang di angkasa. Sebesar itukah keinginanmu untuk menikah di sana?
Kau tahu persis, aku mencintaimu. Aku mencintai impian-impianmu. Atas dasar ingin mewujudkan impianmu, aku menerima lamaran itu. Bukan kepalang kau terlihat bahagia. Aku menangis, saat kau memelukku membisikan kata cintamu. Rasanya berkecamuk. Bahagia melihatmu bahagia, tapi entah apa yang harus aku katakan pada ayah bahwa kelak aku akan menikah di sebuah ruang di luar angkasa.
Kau mempersiapkan semuanya dengan matang. Gaun pernikahanku terlihat indah. Tentu aku tetap ingin terlihat cantik pada pernikahan yang pertama dan terakhirku walaupun mungkin para undangan tidak banyak yang akan datang.
Tiba saatnya kau, aku dan beberapa undangan juga keluarga, untuk melakukan perjalanan keluar angkasa untuk melangsungkan pernikahanku disana. Pernikahan berlangsung hidmat. Ibu menangis, namun tak lama, karena sepertinya ia geli sendiri melihat air disudut matanya melayang-layang. Pesta berlangsung meriah, keponakan-keponakanku sangat suka melompat-lompat di antara cekungan-cekungan bulan. Kau memelukku. Aku ingat, kau berjanji menemaniku hingga salah satu dari kita mati. Aku hanya mengangguk pelan. Terlanjur tenggelam dalam kenyamanan pelukmu, aku tak mau banyak bicara.
Para undangan dan keluarga harus segera pulang. Sedangkan kita memutuskan untuk menetap disana. Kau bersikeras memintaku menetap, kau suka sekali membuatku bingung. Kata cintamu senjata ampuh untuk membujukku. Aku menyerah, menuruti semua keinginanmu.
Kita bulan madu di planet nibiru antara mars dan jupiter. Dulu, sewaktu aku masih remaja, planet nibiru dipercaya suku maya akan menyebabkan kiamat pada tahun 2012. Namun kenyataannya kini, kau dan aku menghabiskan sepanjang hari di planet ini. Nibiru berukuran 20 kali ukuran jupiter dan kita sudah menjelajahi hampir satu pertiga planet ini.
Saat sedang berjalan-jalan kecil, aku mengajakmu beristirahat sebentar. Kau setuju, walaupun kau tidak tampak lelah sedikitpun. Kita bercerita tentang impian-impianmu selanjutnya. Kau selalu berkata, kita harus hidup dengan mimpi. Karena mimpi membuat hidupmu lebih bergairah.
Kita masih berbincang saat planet nibiru tiba-tiba berguncang hebat. Spontan aku menjerit ketakutan, terlalu panik. Kau menggenggam tanganku, mengedarkan pandangan mencari tahu apa yang terjadi. Aku memelukmu, membenamkan kepalaku didadamu. Sekilas ujung mataku menangkap pemandangan retak-retak pada planet nibiru melebar. Aku mulai menangis. Kau berkata "Kalender suku maya terlambat 6 tahun, ini yang mereka ramalkan. Yang tidak terjadi di tahun 2012. Namun terjadi di tahun 2018. Aku mencintaimu." kau mengecup keningku. Kemudian kau menyuruhku melompati bintang-bintang disekitar planet nibiru. Gumpalan seperti awan besar dibelakangmu menarik tubuhmu masuk kedalamnya. Aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi sampai kau melepaskan genggamanmu, mendorongku untuk melompat ke sebuat bintang yang menghubungkan nibiru dan jupiter. Aku tersungkur. Menyaksikan nibiru yang menyimpang masuk ke orbit tiamat. Terjadi tabrakan antara dua planet besar itu. Menyebabkan ledakan yang suaranya memekakkan telinga. Kau, nibiru dan gumpalan awan itu hilang.
Kini, aku hidup di antara bintang dengan kendi-kendi air mata. Pulanglah, aku masih menunggumu. Kehidupan bumi menamaiku, Aquarius.