Kamis, 18 September 2014

The Elephant's Story

Lemme tell you about the elephant's story.

"One day, a man tied a baby elephant to a tree. The baby elephant try to escape but he can't because the tree is too big for him. The baby elephant keeps on failing so he start to believe that he will never escape the tree. By the time, the baby elephant grow into an adult elephant. Although the elephant now is even bigger and stronger than a tree, the idea that it is a limit that he will never get over has grown in his mind.
So, even when he is tied to a small twig, he doesn't try to escape."

This story make me keep questioning myself, "Do we have something like the elephant's small twig? What the limit that we've set?" The thing that we believe we can never do..... we might acctually be able to do it. Hopefully, we don't.

This story, I'm gonna tell this to my child... someday. *grin*

Rabu, 10 September 2014

Qodarullah

Qodarullah.
Siang ini tetiba baca status salah satu adik di Daarut Tauhiid yang baru ikut program tahfidz. Beliau terlihat berat tapi dihatinya tenang, beribu syukur yang tak mampu terukur menyesakkan dadanya. Tak jarang mendorong air mata jatuh dari pelupuk.
Cemburu.
Cemburu sekali pada mereka yang diberi kesempatan. Pada mereka yang rela mengorbankan banyak hal demi menjadi keluarga Allah dimuka bumi.
Sedih.
Sedih saat sadar bahwa selama ini ada yang mendominasi hati selain Allah. Ada yang mencuri perhatian lebih banyak daripada Allah.

Inilah sumber dari semua sesak selama ini. Kenapa tidak dipersatukan? Karna Allah cemburu jika ada yang lain yang lebih mendominasi hati daripada Allah.

Itulah kenapa bukan sekarang. Bukan dia. Bukan dengan cara ini.
Karna memang belum tepat jika sekarang, jika dia, jika dengan cara ini.

Allah tahu yang tersembunyi, tahu yang terlintas didalam hati. Kasih sayang Allah tanpa tapi tanpa nanti.

Alhamdulillah...

Selasa, 02 September 2014

Belaja Sepatu #1

Hari ini kuliah dua sks dari pak Rahmat, pengrajin sepatu di Cibaduyut.

Beliau sebelum memulai bisnisnya bekerja sebagai pekerja finishing di salah satu butik sepatu terkenal di Bandung. Sejak awal bekerja sang pemilik banyak mempercayakan pekerjaan di divisi produksi pada pak Rahmat. Selama bekerja, bapa Rahmat yang saat itu masih tinggal bersama mertuanya mulai merintis bengkel sepatu, bermodalkan pengetahuan yang dimiliki selama bekerja di butik sepatu, sedikit demi sedikit beliau menyisihkan uang untuk modal membuka bisnis sepatu sendiri.
Hingga saat ini, bapa dari dua anak ini bisa memenuhi kebutuhan keluarga, tempat tinggal, dan kendaraan sudah mampu dimiliki oleh pak Rahmat.

Pesan beliau pada saya adalah yang paling peting dari berbisnis adalah kemauan dari dalam diri untuk maju, menggapai mimpi, bukan hanya sekedar bermimpi. Serta bagaimana membangun kepercayaan dengan pelanggan. "Sekarang gak perlu dulu berhitung untung-rugi yang penting lakukan yang terbaik. Karna dalam bisnis sekecil apapun, kita pasti pernah merasakan kerugian, tapi yang penting bagaimana memperbaikinya.".

Pokonya banyak sekali ilmu yang didapatkan, inshaa Allah mulai besok mau datang kesana buat belajar lebih dalam lagi tentang pembuatan sepatu. Semoga bisa menyerap sebanyak mungkin ilmu dari bapa dan bengkel sepatunya.

Jadi inget kata-kata papah waktu saya kecil dalam perjalanan pulang dari jalan-jalan berdua sama papah naik sepeda motor beliau bilang, "Teteh harus ingat, kejujuran adalah mata uang yang berlaku dibelahan dunia manapun. Jangan pernah takut..".

Masya Allah.. Alhamdulillah.. Banyak sekali yang patut disyukuri. Banyak sekali yang saya dapatkan selama ini. Bukti cinta Allah..