"Walau beda yang ditunggu, tapi kita semua sama-sama dalam keadaan menunggu." - Prie GS
***
Entah kenapa aku suka sekali dengan pernyataan om Prie yang satu itu. Menurutku, semua orang, siapapun itu, akan selalu dalam keadaan menunggu. Baik jangka panjang atau jangka pendek. Baik hal kecil maupun hal besar. Mulai dari yang penting sampai yang sepele. Kita semua sedang menunggu.
Kawan, percayalah menunggu tidak selalu membosankan. Karena sadar atau tidak, kita tak pernah menunggu dalam keadaan berdiam diri. Layaknya pelajar SMA yang menunggu hari ujian dengan mempersiapkan materi yang akan diuji. Para pelamar kerja yang menunggu pengumuman lolos atau tidak dengan terus berdoa. Seperti dia yang suka menunggu di ruang tunggu rumah sakit sambil berkutat dengan buku-bukunya. Seperti kau yang suka menungguiku sambil membaca Al-qur'an kecilmu itu. Seperti aku, kau, dia dan mereka yang sedang menunggu hari perhitungan sembari mempersiapkan pertemuan denganNya yang Maha Kasih.
Katamu, "Dalam keterbatasanku, aku berjalan sebisaku, berharap jika waktu itu tiba setidaknya kau merindukanku dalam kenangan kebaikan."
Ah kawan, ujian yang Allah karuniakan padamu bukanlah satu-satunya jaminan bahwa kau yang akan meninggalkanku. Siapa yang tahu jika setelah tulisan ini sampai padamu, aku sudah terlebih dulu pergi menghadap Rabb-ku.
Malam tadi seperti biasa dengan senyummu, renyah candamu, terlontar pernyataan, "Aku mau tanya sama ustadz ah, kira-kira kapan ya kita meninggal? Ustadz kaget kali ya kalau aku tanya gitu, hehehe".
Aku mengerti kekhawatiranmu, kau bukan sosok yang penakut menghadapi itu, kau hanya ingin berbuat lebih banyak mempersiapkan tibanya hari itu. Memastikan semuanya baik-baik saja. Memastikan kau dan aku akan bertemu sekali lagi ditempat terbaikNya. Seperti yang kau katakan di malam itu,
"Jika kau berkata pintu ini adalah saksi bisu, tidak cukup hanya ini yang bersaksi di hadapan Rabb-mu, biarkan kau mencipta cerita, berbagi nyawa dengan saksi bisu lainnya. Jemputlah.. Temukanlah.. Jika kau mau, aku bersamamu menjemput dan menemukannya. Biarkan Rabb kita tersenyum takjub menyapamu dan aku di pintu yang sama.
"Yaa ayyatuhannafsul mutmainah, irjii ilaa rabbiki radhiyathan mardhiyah, fadkhuli fii ibadi, wadkhulii jannatii.
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S Al-Fajr 89:27-30)
"Sederhananya, aku ingin di masa tuaku ada sahabat sepertimu. Tapi barangkali ini akan menjadi sebatas ingin. Maka aku akan melepas tenang perpisahan kita jika kau sudah bersama Al-Qur'an disana. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada bersama Al-Qur'an kelak, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada menjadi keluarga Allah di bumi. Aku akan melepas tenang perpisahan kita. Sebab sudah ada yang menjaminmu bahagia disana daripada sekedar memiliki aku. Itu, hanya itu."
Aku yakin Allah karuniakan ujian ini padamu bukanlah tanpa sebab. Karunia yang membuat aku dan mereka bercermin pada diri kami sendiri. Bahwa dari sekian banyak kelapangan yang masih Allah berikan, seharusnya tak lantas membuat kami lalai.
Kawan, kurangkum tangis, tawa dan kisah kita dalam doa yang senantiasa menggema. Untuk kita bagi sekali lagi pada pertemuan kelak, ditempat terbaikNya. InsyaAllah..
Aamiin, Allahuma aamiin.
Daarut Tauhiid, 14 Mei 2014.
11.20 ditemani ke-sepuluh saudari sekamar yang sudah lama lelap :)