Jumat, 23 Mei 2014

Untuk Sementara Waktu

Ajari aku menggunakan pena
Akan kutulis gemercik air, udara dingin, kabut senja sampai daun gugur


***

Untuk Sementara Waktu

Kita masing-masing sendiri unuk sementara waktu.
Kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita pertahankan saat ini.

Untuk sementara waktu saja,
Kita biarkan hidup kita berjalan sendiri-sendiri.
Meski kita merasakan hal yang sama saat ini,
Biarkan saja itu mengalir seperti hujan yang jatuh.

Tidak perlu memaksakan waktu untuk bersama padahal waktu kita belum sampai.
Tuhan menyampaikan pesannya agar kita menjaga diri untuk sementara waktu.
Kan, semua hanya sementara?

Jika kamu kehilangan sabar, aku mungkin akan kehilanganmu.
Untuk sementara waktu, 
Jagalah hati kita masing-masing tetap berada pada tempatnya.
Untuk sementara waktu, 
Jagalah hati kita masing-masing tetap berada pada tempatnya,
Tetap berada pada perlindunganNya.

Sampai waktu dimana dia harus diberikan dan diterima oleh orang lain.
Sampai waktu dimana kita akan menerima hal yang sama pula dari orang lain.

Untuk sementara waktu, bersabarlah.
Karena kesabaran adalah hal terbaik yang bisa kita perjuangkan saat ini.
Bukankah untuk sementara waktu saja?
Tidak lama.
Tidak akan menghabiskan seluruh hidup kita, bukan?


***

Puisi oleh: Yus R. Ismail

Rabu, 14 Mei 2014

Menunggu

"Walau beda yang ditunggu, tapi kita semua sama-sama dalam keadaan menunggu." - Prie GS

***

Entah kenapa aku suka sekali dengan pernyataan om Prie yang satu itu. Menurutku, semua orang, siapapun itu, akan selalu dalam keadaan menunggu. Baik jangka panjang atau jangka pendek. Baik hal kecil maupun hal besar. Mulai dari yang penting sampai yang sepele. Kita semua sedang menunggu.

Kawan, percayalah menunggu tidak selalu membosankan. Karena sadar atau tidak, kita tak pernah menunggu dalam keadaan berdiam diri. Layaknya pelajar SMA yang menunggu hari ujian dengan mempersiapkan materi yang akan diuji. Para pelamar kerja yang menunggu pengumuman lolos atau tidak dengan terus berdoa. Seperti dia yang suka menunggu di ruang tunggu rumah sakit sambil berkutat dengan buku-bukunya. Seperti kau yang suka menungguiku sambil membaca Al-qur'an kecilmu itu. Seperti aku, kau, dia dan mereka yang sedang menunggu hari perhitungan sembari mempersiapkan pertemuan denganNya yang Maha Kasih.

Katamu, "Dalam keterbatasanku, aku berjalan sebisaku, berharap jika waktu itu tiba setidaknya kau merindukanku dalam kenangan kebaikan."

Ah kawan, ujian yang Allah karuniakan padamu bukanlah satu-satunya jaminan bahwa kau yang akan meninggalkanku. Siapa yang tahu jika setelah tulisan ini sampai padamu, aku sudah terlebih dulu pergi menghadap Rabb-ku.

Malam tadi seperti biasa dengan senyummu, renyah candamu, terlontar pernyataan, "Aku mau tanya sama ustadz ah, kira-kira kapan ya kita meninggal? Ustadz kaget kali ya kalau aku tanya gitu, hehehe".

Aku mengerti kekhawatiranmu, kau bukan sosok yang penakut menghadapi itu, kau hanya ingin berbuat lebih banyak mempersiapkan tibanya hari itu. Memastikan semuanya baik-baik saja. Memastikan kau dan aku akan bertemu sekali lagi ditempat terbaikNya. Seperti yang kau katakan di malam itu,


"Jika kau berkata pintu ini adalah saksi bisu, tidak cukup hanya ini yang bersaksi di hadapan Rabb-mu, biarkan kau mencipta cerita, berbagi nyawa dengan saksi bisu lainnya. Jemputlah.. Temukanlah.. Jika kau mau, aku bersamamu menjemput dan menemukannya. Biarkan Rabb kita tersenyum takjub menyapamu dan aku di pintu yang sama. 

"Yaa ayyatuhannafsul mutmainah, irjii ilaa rabbiki radhiyathan mardhiyah, fadkhuli fii ibadi, wadkhulii jannatii.

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S Al-Fajr 89:27-30)

"Sederhananya, aku ingin di masa tuaku ada sahabat sepertimu. Tapi barangkali ini akan menjadi sebatas ingin. Maka aku akan melepas tenang perpisahan kita jika kau sudah bersama Al-Qur'an disana. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada bersama Al-Qur'an kelak, tidak ada yang lebih membahagiakan daripada menjadi keluarga Allah di bumi. Aku akan melepas tenang perpisahan kita. Sebab sudah ada yang menjaminmu bahagia disana daripada sekedar memiliki aku. Itu, hanya itu."


Aku yakin Allah karuniakan ujian ini padamu bukanlah tanpa sebab. Karunia yang membuat aku dan mereka bercermin pada diri kami sendiri. Bahwa dari sekian banyak kelapangan yang masih Allah berikan, seharusnya tak lantas membuat kami lalai.

Kawan, kurangkum tangis, tawa dan kisah kita dalam doa yang senantiasa menggema. Untuk kita bagi sekali lagi pada pertemuan kelak, ditempat terbaikNya. InsyaAllah.. 

Aamiin, Allahuma aamiin.





Daarut Tauhiid, 14 Mei 2014.
11.20 ditemani ke-sepuluh saudari sekamar yang sudah lama lelap :) 

Selasa, 06 Mei 2014

Hidup. Sederhana.

Aku percaya bahwa hidup adalah tentang sebab akibat. Kesusahan yang sekarang kita rasakan barangkali akibat kita yang menyusahkan seseorang di masa lampau. Percayalah, yang tersulit dari hidup adalah menjadi berani. Berani mengakui kesalahan. Berani memaafkan dirimu sendiri. Berani meminta maaf pada mereka yang kau sakiti.

Ah, sebagian dari kalian mungkin berpikir bicara seperti ini seakan aku sudah bisa menjadi seorang yang berani. Tapi jika kalian adalah seseorang yang mengenalku, sungguh aku masih jauh dari itu. Bolehlah panggil aku pengecut. Aku seringkali menghindari masalah. Berlari dari apa yang seharusnya aku lakukan, lalu berakhir diujung senja. Ketika laut dengan permukaan jingga tak lagi dalam jangkauan, aku tak punya pilihan selain kembali pulang.

Ketika aku memutuskan untuk menggapai mimpiku, aku kesampingkan apapun yang dapat menghambatnya. Waktu tak akan pernah bisa menunggu, pikirku. Roda kehidupanmu tak akan berhenti dengan sabar menungguimu merenung soal imajinasi negeri peri. Sampai seseorang dengan nada bicara ringan menepuk pundakku dan bertanya, "Apa sih hidup sederhana menurutmu?". Tak ayal bola mataku melirik kesana kemari, mencari jawab yang tepat. Senyap.

"Ketika aku membuka mata, tersadar Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup dan semua terasa cukup."

Doakan aku selalu.
Agar bisa mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah kadung aku ucapkan.