Senja baru saja turun ketika kau keluar dari stasiun kereta bawah tanah yang membawamu pada pemandangan ramai kota 24jam. Percuma mengenakan jaket. Udara malam itu sama sekali tidak dingin. Kalah dingin dengan suasana hatimu yang sedang kosong.
Kau masih belum yakin akan langkah yang kau ambil. Ini bukan kali pertama kau mengunjungi kota ini, tapi berjalan sampai sejauh ini, baru sekarang kau berani. Gedung unik disekitarmu sudah menyalakan lampu taman sedari tadi. Dikejauhan kau lihat tempat tujuanmu. Sebuah bianglala besar yang berjalan lambat. Kau tersenyum hanya dengan membayangkan apa yang bisa kau lihat dari atas sana. Kemudian kau mulai mempercepat langkahmu. Meninggalkan pikiran-pikiran tentang kekosonganmu. Tentang dia.
Kini kau bisa melihat hamparan permadani lampu dibawah kakimu. Kesibukan yang menenangkan. Tak bisa kau sembunyikan rasa takjubmu pada pemandangan yang tengah kau saksikan. Untuk kesekian kalinya kau memuji negara mermaid-lion ini.
15menit, kau mulai curiga tabung bianglala ini adalah mesin waktu, karena semenjak awal kau masuk benda ini membawamu kembali ke masa lalu.
Disampingmu berdiri seorang wanita setengah baya etnis China. Sejenak kau berpikir untuk mengabadikan momen ini, kau merogoh tas mengeluarkan telepon genggam dan dengan segera kau memintanya untuk mengambilkan fotomu.
"Can you take my picture, please?"
Ia mengangguk ramah, "Oh, sure".
Kau tersenyum kearah kamera, tanpa pose apapun.
"One more time", wanita itu mengacungkan telunjuknya.
Tentu saja kau mengangguk senang, lalu kembali tersenyum kearah kamera.
"Nothing can be more truthful than a picture", ucapnya seraya mengembalikan telepon genggammu.
Kau mengernyitkan dahi namun tetap tersenyum lalu mengucapkan terimakasih.
Tak lama setelah ia kembali berkumpul dengan keluarganya, kau membuka folder Images dalam telepon genggammu. Dan kau temukan dua foto dengan pemandangan langit singapore, seorang wanita tengah berjongkok memeluk kedua lututnya seperti anak kecil, bola matanya merah, sedangkan lingkar matanya kehitaman. Wanita itu kebingungan mencari cintanya yang kandas bahkan sebelum ia sempat memulainya.
***
Singapore,
17 Februari 2012
Kau masih belum yakin akan langkah yang kau ambil. Ini bukan kali pertama kau mengunjungi kota ini, tapi berjalan sampai sejauh ini, baru sekarang kau berani. Gedung unik disekitarmu sudah menyalakan lampu taman sedari tadi. Dikejauhan kau lihat tempat tujuanmu. Sebuah bianglala besar yang berjalan lambat. Kau tersenyum hanya dengan membayangkan apa yang bisa kau lihat dari atas sana. Kemudian kau mulai mempercepat langkahmu. Meninggalkan pikiran-pikiran tentang kekosonganmu. Tentang dia.
Kini kau bisa melihat hamparan permadani lampu dibawah kakimu. Kesibukan yang menenangkan. Tak bisa kau sembunyikan rasa takjubmu pada pemandangan yang tengah kau saksikan. Untuk kesekian kalinya kau memuji negara mermaid-lion ini.
15menit, kau mulai curiga tabung bianglala ini adalah mesin waktu, karena semenjak awal kau masuk benda ini membawamu kembali ke masa lalu.
Disampingmu berdiri seorang wanita setengah baya etnis China. Sejenak kau berpikir untuk mengabadikan momen ini, kau merogoh tas mengeluarkan telepon genggam dan dengan segera kau memintanya untuk mengambilkan fotomu.
"Can you take my picture, please?"
Ia mengangguk ramah, "Oh, sure".
Kau tersenyum kearah kamera, tanpa pose apapun.
"One more time", wanita itu mengacungkan telunjuknya.
Tentu saja kau mengangguk senang, lalu kembali tersenyum kearah kamera.
"Nothing can be more truthful than a picture", ucapnya seraya mengembalikan telepon genggammu.
Kau mengernyitkan dahi namun tetap tersenyum lalu mengucapkan terimakasih.
Tak lama setelah ia kembali berkumpul dengan keluarganya, kau membuka folder Images dalam telepon genggammu. Dan kau temukan dua foto dengan pemandangan langit singapore, seorang wanita tengah berjongkok memeluk kedua lututnya seperti anak kecil, bola matanya merah, sedangkan lingkar matanya kehitaman. Wanita itu kebingungan mencari cintanya yang kandas bahkan sebelum ia sempat memulainya.
***
Singapore,
17 Februari 2012